Liwung DJI SAM SOE


Aku memang gemar sekali merokok, entah sejak kapan. Yang jelas merokok telah menjadi rutinitas sehari hari.
Mungkin aku tau persis. Bahwa merokok akan berdampak pada tubuhku. Ya..bisa diprediksikan akan berdampak negatif. Meskipun aku cuma lulusan sekolah rakyat dan pekerjaanku cuma macul setidaknya nalarku juga masih ada. Jika dipikir gampang gampangan memasukan asap setiap hari ke dalam paru-paru pasti akan menyebabkan penyakit tertentu buat si paru-paru. Tapi biarlah, meskipun seperti itu tetap saja ngudud kretek bagiku membawa sensasi batin yang susah dijelaskan oleh kata-kata.
Sampai seorang keponakanku yang dulunya selalu ngintil bokong kepadaku. Ketika ia pulang kerja dari kediri selalu ia mampir kerumahku. Aku sampai hafal. Tiap kali sowan ke rumah dia selalu menyerahkan sesuatu yang dibalut dengan kresek plastik lorek.
" loh...apa ini le?"
"Anu pakde...oleh-oleh"
Didalam kamar setelah ia pergi. Bungkusan itu kubuka dan ternyata isinya selalu sama, satu pres rokok dji sam soe kesukaanku.
Maklum, hubunganku dengan si ganyong memang begitu erat, dahulu ibunya meninggal setelah melahirkanya dan kemudian ditinggal wayuh oleh bapaknya. Semenjak itu bapaknya tidak pernah kembali lagi yang pada akhirnya ganyong ikut tinggal bersamaku. Ganyong sebenarnya anak baik, tapi ia kerap bertindak diluar pikiranku. Kadang tidak jarang dia melukai temanya sendiri. Entahlah, mungkin sudah tabiatnya.
Akupun merokok lebih ladas dari biasanya.
Dalam lamunan biasanya aku berpikir
Sebenarnya rokok satu pres ini maksudnya apa.?
Apa dia benar-benar ingin menyenangkan hatiku atau mungkin malah ia ingin paru-paruku jebol biar aku cepet mampus.?
Entahlah..tidak ada yang benar-benar aku khawatirkan mengenai dua kemungkinan itu. Malah seperti biasanya..ada saja cara bagiku menggampangkan segalanya, bukanya sembrono. Tapi demi gusti pengeran diumurku yang boleh dikatakan sepuh cepak riyek ini aku tidak mau ambil pusing terhadap segala hal. Apalagi hanya soal rokok.
Aku juga tidak punya harta benda berharga selain sawah dua petak warisan almarhum bapakku
Aku juga tidak punya anak dan istri sebab aku juga tidak pernah menikah. Biarlah..jalan yang kuambil memang kesiapan diri untuk sunyi. Aku lebih tenang hidup sendiri.
Akhirnya aku simpulkan saja masalah tentang rokok ini..mungkin semuanya cuma didasari oleh satu hal sederhana.." CINTA"
Mungkin memang saking cintanya ganyong si ponakanku itu kepadaku yang telah mengajarinya merangkak, berjalan sampai ndugang orang akhirnya ia merasa memiliki tanggung jawab untuk membalas jasaku.
Ataupun andaikan ganyong ingin aku cepat mampus ya jawabanya juga karena "cinta" aku tidak peduli hidup atau mati toh cuma soal ruang dan dimensi, keAKU an ku tak pernah berubah.
Lagipula Mati kan wajar, apakah kematian itu buruk?
Bukankah manusia Disuruh hidup di bumi dengan perjanjian cinta dan mati juga karena musabab cinta?
Allah mencintainya dan manusia diperjanjikan untuk juga mencintai-Nya. Mencintai-Nya berarti mengarahkan hidupnya untuk kembali menyatu dengan-Nya. Menjadi apapaun dan bagaimanapun didunia. Ujung ujungnya harus kembali ke Allah atas dasar kasih sayangnya.
Dan sekarang..dipondok reyot dari bambu dibawah barongan ini mulutku telah sampai pada puntung rokok yang ke dua ratus, dadaku mulai berat, pandanganku merabun, dan nafasku mulai sakit.
Mendung makin meremang, sesuatu yang entah itu cahaya atau angin berkelebat-kelebat keluar masuk semak-semak. Pendekar Bayangan penikam mengendap-endap di antara tidur dan jaga.
Dalam keadaan setengah waras seseorang, mungkin ganyong, mataku merabun kala itu jadi susah sekali mengenali sosok itu. Ia mendatangiku dari dalam rumah memaksaku membubuhkan tanda tangan pada selembar kertas bermaterai. Kertas apa itu entahlah. Cuma itu yang terakhir aku ingat.
Dan sekarang aku sedang memastikan kembali dimana aku sekarang. Perlahan Aku menyadari bahwa keberadaanku sekarang ada disebuah ruang
Kecil, disini gelap dan pengap, aku tidak bisa melihat apa apa selain tembok tanah disekelilingku.
Aku juga ingin memastikan apakah aku masih hidup atau telah mati.
Kedungdoro, 2 februari 2018

0 Response to "Liwung DJI SAM SOE "

Post a Comment