Pentas ABSURDITAS


Entah apakah cara bersikap saya yang salah atau barangkali mereka yang salah dalam menyikapi pilihan saya.
Akhir-akhir ini saya mulai mendengar banyak komentar mengenai hidup saya.
Saya bekerja dikatai "kedunyan" suka mengejar harta materil, saya berhenti kerja dikatai pemalas terindikasi kalah dalam persaingan hidup.
Padahal saya tidak merasa terlibat didalamnya. Saya tidak sedang mengejar, memperebutkan, mempersaingkan apapun diatas hidup ini. Saya tidak melibatkan diri dalam kontes kekuasaan apapun. Saya cuma menjalankan tugas "urip mung mampir ngombe" saya.
Absurditas hidup dan aturan kelahiranlah yang menyeret paksa saya tercebur dalam kubangan yang bernama kehidupan dan segala kompetisinya. aturan kelahiran memaksa ruh saya merasakan keterbatasan seperti rasa lapar haus dan segala hal yang membuat saya sekali dua kali harus terlibat dalam persaingan hidup.
Yang paling mengerikan adalah saya melakukanya demi memastikan orang-orang tidak menganggap saya melenceng dan gila.
Berangkat dari ini saya memutar kepala untuk mencari solusi. Akhirnya saya ambil sikap, seperti yang saya kutip dari CN dot com
"Seperti pada cerita anak dan bapak yang menuntun keledainya. Keledai dituntun tidak dinaiki keduanya orang-orang mengatakan mereka berdua rugi punya keledai tidak dinaiki. Sang anak menaiki keledai sendrian dikatai tidak punya adab kepada ayahnya, giliran ayahnya naik sendirian orang mengatainya tidak punya belas kasih kepada anaknya. Keledai dipikul mereka berdua orang mengatakan mereka bodoh.
Atas dasar hal ini saya memilih tetap nekad memikul keledainya, dengan tidak mengikutsertakan alasan "pecinta binatang" atau dalih apapun. Dan kemudian saya berharap agar dunia kemudian yakin bahwa saya adalah seekor keledai dan yang saya pikul adalah manusia, dan jika ada yang berkomentar lagi maka saya akan benar-benar mbekèr persis seperti keledai.



Penulis : Pongky Firman Hakim 

0 Response to "Pentas ABSURDITAS "

Post a Comment