Sejarah Singkat Kopi Indonesia


Sejarah Singkat Kopi

Tak kenal maka tak sayang. Indonesia memiliki sejarah yang begitu panjang tentang kopi. Siapa sangka kalau di balik secangkir minuman nikmat ini tersimpan begitu banyak kisah di baliknya?

Saat ini Indonesia dengan bangga telah menjadi penghasil kopi terbesar peringkat empat di dunia, namun bagaimana asal muasal minuman populer ini bisa sampai ke Nusantara? Yuk, kita simak sejarah singkatnya.

Kopi Arabika pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 1696. Bibit kopi ini pada awalnya dibawa oleh komandan pasukan Belanda, Adrian Van Ommen, dari Malabar (India) untuk ditanam di Batavia (sekarang telah menjadi Jakarta). Lokasi yang ditetapkan Pemerintah Belanda saat itu (hingga saat ini) dikenal sebagai Pondok Kopi, Jakarta Timur.

Hal yang tak terduga terjadi tak lama setelah bibit kopi tersebut mulai dibudidayakan: hasil budidaya kopi tersebut habis diterjang banjir. Budidaya kopi baru benar-benar berjalan lancar ketika bibit kopi kembali didatangkan tiga tahun kemudian pada 1699. Berkat kesuburan tanah di Pulau Jawa, pada tahun 1711 biji-biji kopi tersebut sudah berhasil diekspor dari Jawa ke Eropa oleh VOC, sebuah kompeni dagang Belanda yang didirikan pada tahun 1602. Dalam kurun waktu 10 tahun, angka ekspor komoditas ini meningkat pesat menjadi 60 ton per tahun.

Menyadari potensi dagang yang luar biasa dalam budidaya kopi, biji kopi segera menjadi komoditas dagang utama yang sangat diandalkan VOC. Produksi kopi di Jawa mengalami peningkatan yang cukup signifikan, dari tahun 1830-1834 yang awalnya produksi kopi Arabikanya 26.600 ton per tahun, meningkat menjadi 79.600 ton 30 tahun kemudian. Puncaknya adalah 94.400 ton per tahun pada tahun 1880-1884.

Sebagai catatan, Indonesia (Batavia) adalah negara budidaya kopi pertama, selain Arab dan Ethiopia, yang menjadi tempat dimana tanaman kopi dikultivasi secara luas. Dan VOC memanfaatkan peluang ini untuk memonopoli perdagangan kopi dunia dari tahun 1725-1780.

Sejarah Singkat Kopi - Petani Indonesia Menanam Kopi

Menjelang tahun 1830 ketika Pemerintahan Belanda hampir bangkrut setelah terlibat dengan Perang Diponegoro, Gubernur Jendral Van Den Bosch mengeluarkan peraturan kultivasi besar-besaran yang disebut Cultuurstelsel, atau lebih dikenal sebagai Sistem Tanam Paksa.

Sistem Cultuurstelsel ini berhasil mengembalikan kas Pemerintahan Belanda dan bahkan membuatnya surplus dengan memanfaatkan komoditas-komoditas ekspor, salah satunya biji kopi, yang dibudidaya besar-besaran, dengan memeras habis-habisan tenaga dan keringat para petani lokal. Selain itu, untuk memaksimalkan pemasukan mereka, para petani lokal dilarang mengkonsumsi hasil budidaya mereka sendiri. Para petani yang mendambakan kenikmatan kopi asli dari tanah mereka sendiri, demi mengobati kerinduan mereka atas keharuman dan kenikmatan kopi, mereka merebus daun kopi tanaman mereka (yang tidak dibutuhkan oleh VOC) sebagai minuman mereka. Minuman ini lebih dikenal dengan nama Aia Kawa.

Pada pertengahan tahun 1870an, Pemerintah Belanda mengekspansi penanaman biji kopi ke beberapa kepulauan Nusantara di luar Jawa yang juga sangat subur, yaitu Sumatra, Bali, Sulawesi dan Timor. Hasil produksi kopi dari kepulauan tersebut menghasilkan kopi-kopi berkualitas top yang diakui dunia hingg saat ini, yaitu Kopi Sidikalang, Kopi Mandheling, Kopi Lintong, Kopi Gayo, Kopi Kintamani, Kopi Toraja dan Kopi Flores.

Jenis kopi Robusta baru diperkenalkan pertama kali ke Indonesia ketika terjadi bencana penyakit karat daun (Hemilera Vastatrix) yang menerjang perkebunan kopi Nusantara pada tahun 1876. Serangan penyakit ini berdampak besar bagi perkembangan budidaya kopi Nusantara pada saat itu dan bahkan menyebabkan kemunduran yang hebat. Sebagai solusi untuk mengatasi serangan penyakit karat daun yang telah menyerang habis hampir semua tanaman kopi yang dibudidaya di Nusantara, pada tahun 1900 bibit kopi Robusta didatangkan. Kopi Robusta memiliki daya tahan terhadap berbagai penyakit tanaman dan lebih mudah dibudidaya, selain itu produktivitas tanaman dari kopi jenis Robusta jauh melebihi kopi jenis Arabika. Hal inilah yang menjadikan kopi jenis Robusta berkembang dengan cepat menggantikan kopi jenis Arabika, khususnya di daerah-daerah dengan ketinggian di bawah 1000 mdpl (yang mana kopi jenis Arabika biasanya tidak bisa tumbuh), dan mulai menyebar ke seluruh Jawa, Sumatra, dan kepulauan Indonesia Timur.



By : Imam & Sholihah
Resource : http://kopijayakarta.com/news/1/Sejarah-Singkat-Kopi-Indonesia

0 Response to "Sejarah Singkat Kopi Indonesia"

Post a Comment